An Intimate Show Pure Saturday: Kebersamaan yang Dekat dan Hangat
Hari minggu malam tadi (10/06), menjadi malam yang ditunggu-tunggu bagi Pure People Jogjakarta. Apalagi kalau bukan rangkaian tour Grey Album, terbaru dari Pure Saturday. Belum ada penonton yang terlihat ketika saya dan dua kawan lainnya datang terlalu ‘pagi’ di Jogja National Museum (JNM), Gampingan, ya, pukul setengah tujuh kami sudah datang. “Wah, kegasiken kowe! (wah, kamu kecepetan datangnya!),” ujar salah satu panitia yang menyapa saya. “Oh, mulaine jam wolu to yo? (Oh, mulainya jam delapan kan, ya?),” tanya saya balik. Percakapan kami usai setelah si panitia mengiyakan pertanyaan saya.
“Eh, itu bassistnya bukan sih? Kok masih pake sarung?,” kata salah satu dari kami ketika menunggu acara dimulai di kantin JNM. Benar saja, gerbang ticketing baru dipadati oleh penonton yang menukar tiket dengan CD dan majalah Rolling Stone back issue bersampul depan Justin Bieber baru sekitar pukul setengah delapan malam.
Acara yang diselenggarakan oleh demajors ini memiliki konsep sebagai sebuah intimate show, dan akhirnya dimulai pukul setengah sembilan malam setelah penonton cukup memadati tribun yang tersedia. Tidak lama dari jadwal yang ditentukan, para Pure People yang sudah gelisah itu langsung menyambut dengan tepuk tangan yang meriah ketika Satrio “Iyo” NB Cs, masuk ke set panggung. Tidak ada yang spesial dari dandanan mereka, hanya balutan kaos dan celana jeans saja, sangat kasual.
Penantian kami langsung dibayar tanpa berbasa-basi dengan tiga lagu dari album terbaru mereka, yakni Horsemen, Light House dan Musim Berakhir. Karena masih asing di telinga, sing along hanya didapatkan dari shutter kamera yang dibawa para penonton. Setelah lagu ketiga usai bagai kawan lama yang baru bertemu kembali, Iyo baru menyapa kami semua, “Tadi ditahan dulu tiga lagu baru ngobrol, hehe.. gimana kalian sehat nggak?” “SEHAAAAAAAAAATT!,” jawab kami tak terkecuali mungkin mereka yang diserang pilek. “Pada maju kesini dong..,” pinta Iyo sembari tempat lesehan yang memang disediakan oleh panitia. Sontak saya dan dua kawan saya turun dari tribun dan duduk paling depan, diikuti oleh beberapa lainnya. Tidak banyak.
Langsung kemudian nomor-nomor lama yang banyak ditunggu dibawakan, intro dari Elora dari album yang berjudul sama pun dimainkan dan mulai mengundang penonton ikut bernyanyi bersama. Dilanjut dengan Coklat dari album pertama mereka. Lalu ada Awan dan Starlight. Dengan demikian pendopo tari JNM sudah panas. Celetukan-celetukan kemudian mulai keluar dari mulut penonton. “Mau mainin apa lagi? Ayo dong masa pada diem aja celetukannya yang sebelah sana belum nih,” dan pada kesempatan itu pula Iyo mengucapkan selamat atas perayaan ulang tahun perkawinan dari gitarisnya, Arief Hamdani, “..ya, kita doakan supaya makin betah di kamar tidur,” kata Iyo sekenanya. Disusul gelak tawa dari Arief dan lainnya.
Tidak lama mereka mulai lagi dengan Labirin, Di Bangku Taman, Spoken, dan Pagi. Ada kejadian yang cukup menarik di tengah penampilan mereka, Iyo yang hanya sekitar dua langkah dari saya dan kawan-kawan mendatangi kami dengan menawari sebotol bir yang dia bawa. “Mau nggak?,” kawan yang duduk disamping kanan saya berseloroh tanpa malu-malu, “Mauuuu doooong!,” seketika Iyo menuangkan bir dingin kedalam gelas kaca yang dibawa lalu diberikannya pada pria tambun nan kribo itu. Gelas tersebut digilir ke saya dan dua kawan saya lainnya. Belum berhenti disitu, Iyo kembali mendatangi kami sambil bertanya, “Mau lagi nggak?,” kali ini pria kurus yang manggut-manggut di kiri saya yang jadi ‘korban’, setelah kedua kalinya gelas diisi penuh, Iyo berkomentar “Wah, doyan dia,”. Entah kenapa kemudian Iyo yang sudah mulai bernyanyi kemudian kembali (lagi) menghampiri kami, masih kepada orang yang sama dia menawari, ”Rokok nih? Masa udah ngebir nggak ngerokok?,” sontak kami tertawa. Sambil meneruskan lagunya Iyo berlutut di depan kami, lalu spontan mencolek dagu pria yang enggan disebut namanya itu.
Kejadian tersebut menjadi salah satu penanda keberhasilan dari konsep intimate show yang ditawarkan pada publik Jogjakarta malam lalu. Mini konser selama kurang lebih dua jam yang dipadati lebih dari 200 orang itu dirampungkan pada pukul setengah sebelas malam dengan delapan tembang lainnya, dimana dua pamungkasnya adalah “bonus” yakni Gala dan Silence.
Dengan total sembilan belas lagu – sepuluh lagu di album Grey hanya tersisa tiga yang tidak dimainkan, sisanya adalah dua belas lagu dari ketiga album lainnya. Penampilan maksimal yang diberikan oleh Pure Saturday itu masih menyisakan semangat dari Pure People untuk sekedar memburu set list, menyalami bersaudara Udhi-Adhi Cs., dan mulai mengularnya barisan di toko demajors untuk mendapatkan tanda tangan dan sekedar berfoto bersama mereka. Raut kegembiraan dan kepuasan melebur jadi satu.
“Hei, terima kasih ya, ini gelasnya saya kembalikan,” ujar saya pada Iyo, “Eh, mau lagi nggak?,” tawarnya sambil mengangkat botol bir yang masih terisi 3/4 kepada saya. “Terima kasih ya,” ujarnya kembali sembari tersenyum dan menyalami saya. Betul-betul dekat dan hangat.
Photos by Komang Adhyatma
Text by Mahar Gireta Rosalia